BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 25 Mei 2010

Anak 2 thn masih nempel? Wajar lagi...

Saya ingin berbagi pemikiran, kenapa ya anak saya usia dua (2) tahun masih lengket sama bundanya?
Ehem…ehem, bener loh, saya serasa pakar aja!

Umm, jadi begini,…bukan melangkahi para pakar 
(permisiiii…), mari kita buka wawasan kita sebagai ibu dalam menyikapi berbagai problema anak. Khususnya untuk ibu yang berkarir eight to five di luar rumah.

Hmmm…kenapa anak kita sudah usia 2 tahun masih lengket sama kita, khususnya ibu? Menurut buku-buku yang pernah saya baca. Usia 0-2 tahun adalah masa pembentukan bounding atau ikatan kasih sayang antara anak dan ibu. Dan akan semakin kuat apabila ibu bisa terus memberikan asi full hingga 2 thn, serta bisa membaca dan mengerti pola tingkah anaknya. Okey, saya percaya dan yakin akan ikatan bounding semakin erat karena ada kontak langsung. Terbukti dengan anak saya pertama, Jihad, walaupun menyusui hanya mampu selama 12 bulan, tapi ikatan saya dan dia kuat banget. Begitu juga halnya dengan anak kedua saya, Kareem. Walopun saya tidak bisa memberikan kemampuan saya untuk menyusui secara ekslusif (hanya bisa selama satu bulan), tapi saya berusaha menciptakan kedekatan kami, saya bangun ikatan bounding dengan selalu siap disampingnya ketika harus menyusuinya dengan menggunakan botol. Selalu mengajaknya ngobrol dan mengajaknya berdoa setiap minum susu.

Bagaimana, lengketkah anak-anak saya ketika berusia 2 tahun? Jawabannya, YA!

Jihad, ketika kecilnya nggak akan tidur siang kecuali ada saya disampingnya. Nggak akan mau makan kalau bukan saya yang menyuapinya. Agak repot, tapi saya nikmati saja. Bagaimana Kareem? Ini dia super duper lengket. Diusianya yang sudah dua tahun tiga bulan 
(27 bulan), dia ngga akan minum susu yang sudah siap dalam botolnya yang teronggok manis disampingnya, kecuali saya yang membuka tutupnya dan memasukkannya kedalam mulut kecilnya, walau setelah itu bisa ditinggal karena dia sudah bisa pegang sendiri. Kareem ngga akan bisa tidur kalau saya tinggal. Mau seharian saya tinggal pun, dia bakal terus melek, keukeuh nungguin saya datang.“Mau bobo sama Ummi” pasti itu yang dia jawab. Bagaimana? Repot kan kalau tergantung seperti ini. Segala urusan komite, tarbiyah, kumpul untuk kegiatan menulis pun harus saya selesaikan dengan memberinya pengertian terlebih dahulu. Lebih ampuh, ketika dia sudah tidur lelap.

Kadang saya mikir, gimana kalau saya kerja? Tambah repot bin 
riweuh kali ya? Harus ditempelin dan digandoli oleh anak bungsu ini. Tapi mungkin keadaan tidak akan sama seperti yang saya bayangkan. Karena teori-teori yang saya baca hanya mendukung. Selebihnya, pandai-pandai kita menerapkan dalam prakteknya sendiri.

Jadi menurut saya, ketika anak usia 2 thn sangat lengket sama ibu atau ayahnya, hal yang patut kita syukuri dan berbahagialah kita. Karena dengan cara itu, si anak mengungkapkan rasa aman dan tenangnya dia disamping kita. Sangat wajar! Apalagi tanpa kita sadari, kita sebenarnya sudah menciptakan bounding sejak ia dilahirkan. Itu sudah naluri kita sebagai ibu dan ketentuan dari 
SANG PEMILIK yang digariskan pada kita. Juga hal yang sangat wajar, ketika seorang ibu khawatir bahkan cenderung ketakutan jika anaknya kelak tidak bisa mandiri, atau tidak seperti anak lain yang seusianya sudah bisa mandiri. Persoalannya sekarang, apakah kita sadar bahwa inilah anugerah yang mungkin nggak akan didapat 3 atau 4 tahun lagi? Karena dengan beranjaknya usia anak memasuki dunia sekolah, kemandiriannya akan segera terbentuk juga. Seperti anak sulung saya. Sekarang ini, dia sangat malu-malu ketika saya peluk-peluk, atau dia mulai enggan jika saya ajak pada satu kegiatan, "Mau main sama temen aja" , dan hal ini mulai nampak pada saat usianya masuk empat tahun. Bisa dibayangkan, bagaimana sekarang ia diusia hampir 7 tahun? Bisa mandiri! Dan akan lengket kalau ada maunya.

So, still thinking to refuse some act that your child give to stop all of your activities?

Bagi saya pribadi, nikmati aja deh! Karena dengan cara demikian anak-anak menunjukkan sayangnya pada kita. Tinggal kita orang tua yang mengaku lebih dulu mengecap asam garam kehidupan, lebih dulu bisa menulis dan membaca dibanding anak-anak kecil ini, coba menyikapi lebih bijaksana. Memberi pengertian dengan bahasa sederhana akan lebih kena di pola pikir anak-anak itu. Walaupun anak-anak diusia 2 thn sudah bisa diperkenalkan pada 
reward dan sangsi. Tapi pelan-pelan. Seiring waktu, mereka akan paham apa yang mesti lakukan dan tidak perlu mereka lakukan. Buktikan deh! Saya berani bilang karena sudah saya buktikan sendiri. Karena setiap saya mulai merasa naik darah, Kareem, bungsu saya pasti akan bilang “Ummi ini, emang!”. Nah loh, omongan saya ditiru kan?

Dunia anak itu indah! Saya suka takjub ketika memasuki dunia ini. Serumit apapun masalah yang kita hadapi, akan sedikit terobati dengan mau memahami bahwa hal-hal seperti ini adalah rangkaian medali yang kita sandang sebagai seorang ibu. Saya malah selalu ingin bermain di dunia mereka. Jadi nggak heran, saya dan anak-anak bisa ketawa cekikikan atau terbahak-bahak, hanya dengan cerita-cerita lucu dari saya.

So, dari paragraf atas hingga spasi di akhir garis ini hanya sedikit pemikiran dan sikap saya. Silahkan ambil hikmahnya 
(mudah-mudahan ada) dan singkirkan ketika tersirat hal yang tidak pantas. Saya tidak bermaksud menggurui atau merasa paling bisa dan benar. Saya hanya berbagi, sedikit dari sekian yang saya ketahui. Karena ini juga menjadi cermin pola dan tingkah laku kita dalam menghadapi anak-anak sebagai amanah tak ternilai. Dan anak-anak juga bisa menjadi ujian bagi iman kita

Umm….saya jadi ingat, suatu sore diberanda masjid, ibu-ibu yang sedang liqo, terlihat bangga ketika anak-anaknya lengket dan gembira berdekatan mereka. Terbukti dengan ucapan salah satu dari mereka; 
“Aku bisa marah dan heran deh kalau ternyata anakku bisa deketnya sama pembantu. Lha aku ibunya kok, seneng dong digandoli”.Atau seorang temen saya yang juga bekerja diluar rumah berkata; “saya mulai kesepian nih! Anak-anak saya udah pada gede, jadi nggak mau ngebuntutin saya. Kayaqnya saya harus punya baby lagi deh!” *smile*

0 komentar: